1. Menentukan Tahapan Enaktif, Ikonik, dan Simbolik pada Pembelajaran Bilangan Desimal
Pada suatu hari pak Agus sedang membelajarkan bilangan desimal pada siswa di kelasnya. Berikut adalah gambaran pembelajaran yang terjadi pada kelas Pak Agus.
Guru meminta siswa untuk menuliskan sebanyak-banyaknya bilangan desimal yang mereka temukan di sekitar. Siswa juga menjelaskan penggunaan bilangan desimal dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa bereksplorasi untuk mengubah bilangan pecahan ke bilangan desimal atau sebaliknya. Pada saat bereskplorasi, siswa akan duduk secara berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari 2 siswa. Dalam kelompoknya siswa bereksplorasi dengan lembar kerja yang ada di buku siswa. Setiap kelompok menyampaikan kesimpulannya.
Guru memberikan penguatan. Nilai tempat desimal. Setiap siswa membuat nilai tempat desimal di kertas bekas. Guru menjelaskan nilai tempatnya.
Satuan Persepuluh Perseratus Perseribu
Guru menyiapkan kartu 1 sampai 9 dan dibagikan kepada tiap kelompok. (siswa bisa diminta membuat sendiri dari potongan kertas bekas dan menuliskan bilangan 1 sampai 9)
Siswa dalam kelompok mengambil kartu tersebut, meletakkan dinilai tempat dan menuliskan bilanganya. Hal ini dilakukan berkali-kali. Setiap siswa minimal 3 kali.
Satu siswa akan menuliskan 2 bilangan desimal. Siswa pasangannya akan mengerjakan mana yang lebih besar dengan bantuan nilai tempat. Misalkan : Mana yang lebih besar 0,125 atau 0,34?
Untuk mengetahui kita bisa memasukkan ke dalam nilai tempat.
Satuan Persepuluh Perseratus Perseribu 0 3 4 0 1 2 5
Jadi 0,34 lebih besar dari 0,125 . Kegiatan ini dilakukan sebanyak 4 kali.
Siswa mengerjakan soal-soal latihan di buku siswa.
Berdasarkan skenario tersebut, jika pembelajaran matematika dilakukan dengan teori belajar Bruner, manakah yang masuk ke dalam tahapan enaktif, ikonik, dan simbolik?
Pembahasan:
Dalam teori belajar Bruner, ada tiga tahapan belajar matematika siswa yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik.
Tahap enaktif adalah tahapan belajar dimana siswa diberi kesempatan dalam memanipulasi objek konkrit secara langsung. Enaktif adalah melaui tindakan atau dengan kata lain belajar sambil melakukan (learning by doing).
Tahap ikonik adalah tahapan belajar dimana siswa memanipulasi objek konkrit kedalam bentuk gambar. Ikonik adalah didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan melalui gambar-gambar yang mewakili suatu konsep.
Tahap simbolik adalah tahapan belajar dimana siswa memanipulasi gambar pada tahapan sebelumnya ke dalam simbol-simbol matematika. Simbolik adalah menggunakan kata-kata atau bahasa-bahasa.
Berdasarkan uraian pembelajaran di atas, kegiatan pembelajaran yang menunjukkan tahapan tersebut
Tahap enaktif : Guru meminta siswa untuk menuliskan sebanyak-banyaknya bilangan desimal yang mereka temukan di sekitar. Siswa juga menjelaskan penggunaan bilangan desimal dalam kehidupan sehari-hari.
Tahap ikonik : Setiap siswa membuat nilai tempat desimal di kertas bekas.
Tahap simbolik : Siswa menuliskan 2 bilangan desimal. Siswa pasangannya akan mengerjakan mana yang lebih besar dengan bantuan nilai tempat.
2. Menentukan Detik ke Berapa Siswa Tersebut Kembali ke Titik Start untuk Kedua Kalinya
Terdapat dua siswa yang sedang berlari di lintasan berbentuk lingkaran dengan kecepatan konstan. Siswa pertama dapat menyelesaikan 1 putaran dalam waktu 28 detik, sedangkan siswa kedua dapat menyelesaikan dalam waktu 42 detik. Mereka mulai berlari dari titik start pada waktunya yang sama. Pada detik ke berapa kedua siswa tersebut bertemu kembali di titik start untuk kedua kalinya?
Pembahasan
Untuk menyelesaikan soal tersebut, kita harus mencari Kelipatan Persekutuan terKecil (KPK) dari 28 dan 42.
Kelipatan 28 = 28, 56, 84
Kelipatan 42 = 42, 84
KPK dari 28 dan 42 adalah 84
Jadi kedua siswa akan bertemu kedua kalinya di detik ke 84.
3. Cara Mengajarkan Pecahan Senilai dengan Media Pita kepada Anak Kelas 4 SD
Bapak Rudi berencana melaksanakan pembelajaran mengenai pecahan senilai untuk anak kelas 4 SD. Pak Rudi akan menggunakan media yang mudah diperoleh siswa yaitu menggunakan pita dan gunting. Bantulah Pak Rudi bagaimana mengajarkan pecahan senilai dengan menggunakan media pita kepada anak kelas 4 SD.
Pembahasan:
Langkah-langkah untuk mengajarkan pecahan senilai dengan menggunakan pita.
Langkah 1 : Pita dipotong menjadi 6 bagian yang sama panjang.
Langkah 2 : Masing-masing pita kemudian dipotong lagi dengan ketentuan sebagai berikut:
Pita 1 tidak dipotong
Pita 2 dipotong menjadi 2 bagian sama panjang
Pita 3 dipotong menjadi 3 bagian sama panjang
Pita 4 dipotong menjadi 4 bagian sama panjang
Pita 5 dipotong menjadi 5 bagian sama panjang
Pita 6 dipotong menjadi 6 bagian sama panjang
Langkah 3 : Pita-pita tersebut kemudian diletakkan sejajar seperti gambar berikut.
Langkah 4 : Siswa diminta menemukan potongan pita atau gabungan dari potongan pita yang memiliki panjang yang sama.
Misalkan 1 bagian pita 2 akan sama panjangnya dengan gabungan 2 bagian pita 4.
Sehingga 1/2 = 2/4 = 3/6
Mereka juga akan menemukan bahwa 1/3 = 2/6
4. Cara Mengajarkan Penjumlahan Bilangan Rasional pada Siswa Sekolah Dasar
Bilangan rasional adalah sistem bilangan yang merupakan himpunan dari semua bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan a/b dengan a, b adalah bilangan bulat dan b ≠ 0. Bilangan rasional sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari sehingga guru SD hendaknya dapat mengenalkan konsep bilangan rasional dengan baik. Bagaimanakah cara mengajarkan penjumlahan bilangan rasional pada siswa sekolah dasar? Gunakan media pembelajaran yang bisa digunakan siswa SD!